Budaya  

Peringati Hardiknas 2021, Sanggar Budaya Manggarai-Makassar Gelar Pementasan Caci dan Dialog Kebudayaan

Kegiatan pentas budaya Manggarai di tanjung bayam Makassar, Sabtu - minggu tanggal 1 - 2 Mei 2021.

Makassar, Exposetimur.com – Dalam rangka melestarikan kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan adat Manggarai, NTT, Sanggar Budaya Manggarai (SBM) Makasar menggelar pentas budaya Manggarai di tanjung bayam Makassar, Sabtu – minggu tanggal 1 – 2 Mei 2021.

Tujuannya, agar para pemuda Manggarai bisa melestarikan budaya manggarai, sambil memperkenalkan budayanya pada Indonesia khususnya Makassar. Selain sebagai bentuk pelestarian adat Manggarai, kegiatan tersebut juga merupakan Memperingati hari pendidikan nasional tahun 2021 juga sebagai ajang silaturahmi bagi seluruh warga maupun mahasiswa asal Manggarai Raya yang berdomisili di Makassar. Hal tersebut disampaikan oleh salah satu Anggota SBM Makasar, Timoteus brino.

“Selain itu, kami mencoba mengungkit kembali budaya leluhur kami dimanapun kami berada,” ujarnya, Senin (03/05/2021).

Kegiatan pentas budaya Manggarai di tanjung bayam Makassar, Sabtu-Minggu, (01-02 April 2021)

Lanjut Timo, Ketika diwawancarai oleh media Exposetimur katanya “kegiatan ini untuk mengedepankan sosial antar warga Manggarai Raya yang dibentuk dalam tiga kabupaten, yaitu Manggarai Barat, Tengah dan Timur”

Lebih jauh Timo menjelaskan bahwa,  dalam kegiatan tersebut, digelar suatu tarian unik adat Manggarai, yaitu Tarian Caci atau Mancaci. Dari kata Ca dan Ci yang artinya sendiri-sendiri, maka tarian hanya dimainkan oleh dua orang saja. Tarian tersebut memperlihatkan dua orang yang memakai baju adat yang bermaksud untuk mempertunjukan kejantanan pria-pria Manggarai. Dimana dalam tarian itu, terdapat dua peran, yaitu yang mencambuk dan yang berusaha menangkis dari pecutan.

Sebelum kedua pemain turun ke “arena” masing-masing dari mereka melakukan Lomes, suatu gerakan seperti menari memutari arena untuk menarik perhatian penonton yang hadir. Ketika “bertarung”, pemecut akan berusaha memecut tubuh bagian atas lawannya dengan teratur.  Ketika penangkis berhasil menangkis, ia akan melakukan Paci, dimana ia menyanyi sebagai bentuk kebanggaan dirinya yang telah berhasil menahan serangan pada penonton yang hadir. Bagi penari sebagai pemecut, dipersenjatai dengan Kalus, semacam cemeti yang terbuat dari kulit kerbau. Sedangkan si penangkis dilengkapi dengan Giling yaitu tameng bundar yang terbuat dari kulit kerbau dan Koret yang juga berguna untuk menangkis sabetan yang terbuat dari ujung bambu.

Para mahasiswa SBM – Makassar yang hadir di kegiatan Pentas seni budaya Manggarai Timur, di tanjung bayam Makassar

Selain itu, para pemain dilengkapi dengan Panggal yaitu perhiasan kepala yang berguna untuk melindungi kepala, sarung Songke yang merupakan sarung tenun khas Manggarai, dan Nggorong berupa lonceng yang diikat dipinggang peserta tari Caci.

Sembari pemain melakukan Mancaci, para penonton yang berada dipinggiran arena melakukan Danding, dimana mereka menari bersama sambil melantunkan Go’et atau sajak-sajak dalam bahasa Manggarai, yang menceritakan kebudayaan Manggarai.

“Meskipun saling menyerang, tidak ada rasa dendam atau pun rasa emosi ketika mencambuk karena tarian tersebut juga berguna mempererat tali persaudaraan para penari. Tidak ada perasaan emosi ketika memecut, semua dilakukan untuk persaudaraan, dan juga berguna untuk mengelola emosional” Papar Timo.

Di kota Makassar sendiri, banyak mahasiswa asal Manggarai, menuturkan dirinya sebagai mahasiswa asli Manggarai, terharu ketika melihat masih banyak muda mudi Manggarai yang mengapresiasi budaya yang diwariskan dari leluhur.

Timo kemudian berharap, semoga muda mudi seluruh suku, bisa mempertahankan adatnya, agar tetap lestari sehingga pertunjukan-pertunjukan budaya bisa tetap eksis. “Semoga muda mudi Manggarai bisa tetap melestarikan budaya yang diwariskan,” tutupnya.

(Lap: Eventius Suparno)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *