Opini  

Agama dan Pluralisme

Emy Utari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam/UIN Alauddin Makassar

OPINI, EXPOSETIMUR.com –Agama merupakan pedoman yang didalamnya terdapat aturan-aturan dalam hidup seseorang atau masyarakat. Agama menyangkut tentang hubungan spiritual antara seorang hamba dan Tuhannya atau penciptanya, apabila seseorang atau sekelompok masyarakat tidak beragama, maka akan terjadi kekacauan, ambigu, amburadul atau bahkan tidak memiliki tujuan dalam hidupnya.

Agama sangatlah penting dalam menjalani kehidupan agar lebih terarah, kita ketahui bahwa ada banyak macam agama yang ada di dunia, terkhususnya di Indonesia terdapat beberapa agama, diantaranya, Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Akan tetapi tidak bisa pula dipungkiri bahwa ada sekelompok masyarakat atau orang-orang diluar sana yang tidak memiliki agama atau yang sering kita dengar disebut dengan Atheis (tidak ber-Tuhan), seperti halnya dalam buku yang berjudul “Masyarakat Tanpa Tuhan” salah satu karya dari Phil Zuckerman, yang dimana didalamnya membahas tentang sekelompok masyarakat yang hidup disebuah negara yaitu tepatnya di Denmark atau Scandanavia tidak ber-Tuhan.

Sebaik apapun perlakuan seseorang akan tetapi tidak beragama, maka akan rancu, sebab agama adalah hal yang sangat penting dan harus ada dalam sebuah kelompok masyarakat, sebab jika dalam kehidupan terdapat konflik atau masalah-masalah yang terjadi dan hanya dua hal yang bisa menyelesaikan konflik tersebut, yaitu Agama dan hukum. Keduanya saling berkaitan karena dalam agama membahas pula tentang hukum dan dalam hukum pula berkaitan dengan agama, dan hukum yang tertinggi adalah hukum agama itu sendiri.

Terlepas dari pembahasan tentang masyarakat tanpa agama, adapula buku yang berjudul “When Religion Becomes Evill” Ketika Agama Menjadi Bencana, yang merupakan salah satu karya dari Charless Kimball yang merupakan seorang pendeta Kristen, meski Kimball adalah seorang pendeta tapi ia sangat terbuka dalam membicarakan berbagai agama yang ada, dengan berupaya menjelaskan sesungguhnya yang terjadi pada agama. Kimball menyuguhkan fakta-fakta bahwa agama kini telah menjadi bencana bagi manusia, sebab dibalik banyaknya orang yang menyandarkan harapannya pada agama sebagai jalan keluar untuk mengatasi sebuah masalah, namun saat yang sama agama menjadi hal yang menyeramkan bagi pemeluknya sebab banyak fakta yang kita lihat tentang terjadinya sebuah konflik atau permasalahan disebabkan oleh agama itu sendiri.

Baca Juga :   Bagi Elar, Pernyataan Kontoversional DPRD MATIM Minim Solusi

Sehingga terkadang ada yang apatisme terhadap agama itu sendiri. Menurut Kimball, agama tiba-tiba menjadi sesuatu yang sangat rumit dipahami, sebab ketika banyak ketika banyak orang menganggapnya sebagai ajaran cinta kasih dan jalan keselamatan, namun disisi lain justru banyak orang yang mengatakan bahwa agama sebagai sumber masalah dan sumber kejahatan serta kepiluan dunia.

Agama menjadi bencana ketika para pelaku kejahatan yang mengatasnamakan agama yang memberikan alasan bahwa kejahatan mereka bersumber dari kitab suci mereka sendiri. Ada 5 hal yang dapat menghancurkan agama, yaitu: pertama, Ketika suatu agama mengklaim kebenaran agamanya sendiri sebagai kebenaran mutlak. Kedua, adanya ketaatan yang buta kepada pemimpin keagamaan. Ketiga, agama mulai gandrung merindukan zaman ideal, lalu bertekad merealisasikan zaman tersebut kedalam zaman sekarang. Keempat, adanya seruan perang suci demi mencapai tujuan. Kelima, agama membiarkan dan membenarkan terjadinya kejahatan yang membenarkan segala cara. Agama seharusnya menjadi ajang perdamaian dan bukan sumber konflik.

Adapun solusi yang bisa diterapkan dalam kehidupan beragama agar tidak guncang, yaitu diantaranya:

*Menjadikan agama sebagai pusat perdamaian

*Tidak semena-mena melakukan tindak kejahatan dengan mengatasnamakan agama

*Menyadari bahwa agama sesungguhnya bukan sumber masalah

*Memahami dengan adanya perbedaan antar umat beragama sehingga menerapkan sikap toleransi

*Tidak menjadikan perbedaan antar umat beragama sebagai sarana perpecahan jika pendapat kita berbeda dengan pendapat penganut agama lain

*Tidak mudah terprovikasi terhadap isu-isu keagamaan yang beredar

Oleh karena itu, terapkan sikap toleransi terhadap agama lain agar dapat mewujudkan kerukunan antar umat beragama dan menyadari bahwa perbedaan adalah kehendak Tuhan yang harus disadari akan keberadaanyya.

Penulis: Emy Utari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam/UIN Alauddin Makassar

Respon (7)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *