BULUKUMBA,exposetimur.com – Kabupaten Bulukumba dikenal dengan potensi Pariwisata yang jarang dimiliki kabupaten lain, diantaranya pantai Bira, pantai Mandala Ria, pantai Samboang dan masih banyak lainnya. Selain itu wisata budaya seperti ammatoa Kajang juga menjadi potensi yang sangat terkenal sampai ke manca negara, juga Wisata panorama alam Kahayaya misalnya, kesemuanya menjadi satu kesatuan yang perlu perhatian serius.
“Daerah kita Bulukumba ini memiliki potensi SDA yang sangat besar namun belum dikelola maksimal, sehingga saya berniat untuk kembali dengan persiapan konsep dan langkah strategis yang matang untuk menerobos stagnasi pembangunan Bulukumba khususnya dalam 2 dekade terakhir. Saya rasa pemimpin2 sebelumnya telah membangun dengan baik, hanya saja tingkat pemenuhan terhadap ekspektasi publik belum tinggi. Kunci untuk itu adalah penerapan inovasi secara penuh khususnya pada sektor produksi diantaranya kepariwisataan mulai dari penyusunan grand design sampai tahap implementasi. Sektor kepariwisataan berpeluang besar menjadi prime mover ekonomi daerah dengan pendekatan integrated
coastal zone management “, namun tentu saja syarat utamanya adalah pemimpin daerah harus memiliki ilmu dan pengalaman di bidang kepesisiran” terang Andi Irwan, Jumat (31/05)
Penyusunan grand design integrasi inovatif antara potensi keagamaan, adat, budaya, kuliner, industri kreatif dengan potensi alami pantai, kawasan pertanian dan perkebunan serta dataran tinggi berstandar wisata internasional, aplikasi penuh IT dalam pelayanan dan pemasaran wisata, pengembangan bisnis tour operator di tingkat kabupaten dan desa, serta pola kerjasama investasi yang berpihak pada masyarakat lokal adalah prioritas dari sekian banyak program yang akan di hadirkan oleh Andi Irwan. Tentu saja hal tersebut bukan tanpa dasar, pasalnya latar belakang keahlian yang dimiliki yakni Manajemen Sumber Daya Pesisir, Lingkungan, dan Kemaritiman, serta berbekal berbagai pengalaman diantaranya sebagai praktisi perencana wilayah di berbagai provinsi dan ketua himpunan ahli pengelolaan pesisir Sultra, menjadi garansi kemampuan untuk mewujudkannya.
Menanggapi trend munculnya destinasi baru dihampir semua desa, menurutnya “sudah saatnya pendekatan pengembangan wisata Bulukumba dilakukan berbasis village based tourism untuk menjadikan desa sebagai kawasan pusat pengembangan wisata. Pusat-pusat ini kemudian dirangkai dalam cluster percepatan pembangunan wisata sesuai dengan jenis dan tema pengembangannya. Melalui pendekatan ini jumlah destinasi akan berkembang cepat serta masyarakat dan pemerintah desa akan lebih berdaya sebagai pengelola utama, serta kehadiran investor luar hanya sebagai akselerator saja. Pengembangan wisata yang hanya fokus pada kawasan tertentu saja sudah saatnya ditinggalkan” pungkasnya.
(Red)