Kisah Pilu Maria Nida, Janda Lansia yang Bertahan Hidup di Gubuk Bambu Desa Rengkam

Foto: Maria Nida, Janda yang Tinggal di Gubuk Bambu di Kampung Ncuang, Desa Rengkam

MANGGARAI TIMUR, exposetimur.com – Di tengah kerasnya hidup, Maria Nida, seorang janda lansia, menghadapi kenyataan pahit dengan tinggal seorang diri di sebuah gubuk bambu sederhana di Kampung Ncuang, Desa Rengkam, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur. Sudah lebih dari sepuluh tahun ia hidup tanpa perhatian atau bantuan dari pihak manapun, meski kondisinya sangat memprihatinkan.

Maria, yang kini berusia lebih dari 60 tahun, pernah mendapat bantuan pemerintah belasan tahun lalu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ia hanya bisa mengandalkan hasil bercocok tanam di lahan kecil yang dimilikinya serta uluran tangan para tetangga.

“Dulu saya pernah mendapat bantuan, tapi itu sudah lama sekali. Sekarang, tidak ada lagi yang datang membantu. Saya hanya bisa berharap kepada Tuhan agar ada yang peduli,” ujar Maria dengan nada penuh kesedihan saat ditemui media pada 19 November 2024.

Hidup di Tengah Kekurangan

Gubuk bambu yang menjadi tempat tinggal Maria sudah tampak reyot dan nyaris roboh. Tidak ada fasilitas memadai di sana, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih. Setiap hari, Maria mengisi waktunya dengan bercocok tanam seadanya. Namun, hasilnya kerap tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

Maria juga mengungkapkan harapannya agar ada perhatian dari pemerintah atau pihak-pihak yang peduli terhadap masyarakat kurang mampu seperti dirinya. “Saya tidak tahu harus bagaimana lagi. Kalau bukan pemerintah, siapa lagi yang bisa membantu kami di sini?” ucap Maria sembari menatap gubuk tempatnya berlindung dari panas dan hujan.

Potret Terabaikan Program Bantuan Sosial

Kisah Maria menjadi salah satu dari banyak potret warga di daerah terpencil yang merasa terabaikan. Meski ada berbagai program bantuan sosial dari pemerintah, kenyataannya tidak semua masyarakat yang benar-benar membutuhkan merasakan manfaatnya.

“Bantuan dari pemerintah itu sangat berarti bagi kami, terutama bagi warga yang tinggal di daerah terpencil. Tapi sudah bertahun-tahun tidak ada lagi yang datang ke sini. Kami hanya bisa berharap agar pemerintah lebih peduli dan mendata ulang mereka yang benar-benar membutuhkan,” lanjut Maria.

Para pengamat sosial menyebut, kondisi seperti yang dialami Maria Nida sering terjadi di daerah-daerah pelosok, di mana akses informasi dan distribusi bantuan masih kurang optimal. Hal ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah untuk memastikan program bantuan tepat sasaran dan merata, terutama bagi masyarakat yang hidup dalam keterbatasan seperti Maria.

Harapan di Tengah Kesulitan

Meski hidup dalam kesendirian dan kekurangan, Maria tidak pernah menyerah. Ia terus berusaha bertahan hidup dengan semangat yang tersisa. Ia juga berharap kisahnya dapat membuka mata pihak-pihak berwenang agar lebih memperhatikan masyarakat kecil yang selama ini kerap terlupakan.

“Kami tidak minta banyak, hanya sedikit perhatian agar bisa hidup lebih layak,” ungkapnya.

Kisah Maria Nida bukan sekadar cerita seorang janda yang hidup dalam keterbatasan, tetapi juga menjadi pengingat bahwa di tengah banyaknya program bantuan sosial, masih ada masyarakat yang belum tersentuh. Pemerintah diharapkan lebih responsif untuk memastikan bahwa setiap bantuan dapat menyentuh hati dan kehidupan mereka yang paling membutuhkan.

Penulis: Eventus
Editor: Tim Redaksi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *