Opini  

1 Juni, Sebuah Momentum Ataukah Hanya Sebuah Seremonial Belaka ?

Diaz Elangga, (Mahasiswa Universitas Negeri Islam Makassar)

OPINI _ Memperingati hari lahir Pancasila tahun ini yang jatuh pada hari Selasa 1 Juni 2021 adalah peringatan hari lahirnya Pancasila yang ke-76 yang diperingati dalam suasana kecemasan dan keprihatinan bagi bangsa Indonesia, dikarenakan banyaknya hal yang menjadi titik persoalan dan permasalahan di dalam kondisi bernegara kita sekarang dan juga tidak terlepas dari persoalan pandemi covid 19.

Maraknya fenomena sosial yang mengarah pada gejala kemerosotan moral yang akhir-akhir ini marak terjadi sebagai akibat dari terjadinya krisis keteladanan di negeri ini. Sehingga dibutuhkan formula khusus yang bersumber dari pola kepemimpinan para petinggi. Kondisi seperti itulah yang membuat kita menyikapi kegaduhan sosial politik yang terjadi di masyarakat saat ini.

Peringatan Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni bisa dikatakan sebagai sebuah momentum penting bagi seluruh elemen bangsa Indonesia untuk dapat mengembalikan nilai-nilai luhur Pancasila yang semakin memudar. Kuncinya terletak pada jiwa kepemimpinan para pejabat negara, mengingat mereka adalah figur pemimpin yang secara otomatis dijadikan panutan masyarakat sehingga dengan begitu bisa di katakan peringatan hari lahir pancasila bukan hanya sebuah seremonial belaka.

Kondisi bangsa yang ramai dengan hiruk-pikuk kegaduhan sosial politik bahkan sampai merambah ke ranah agama saat ini diantara indikator mulai terkikisnya nilai-nilai luhur Pancasila. Kuncinya hanya satu yaitu dibutuhkan pola kepemimpinan yang mampu dijadikan role model, karena seorang pemimpin itu ialah teladannya masyarakat. Ironisnya sekarang banyak pejabat tinggi negeri yang justru terperangkap masalah korupsi dan kasus lainnya yang sangat tidak mencerminkan Pancasila. Sehingga yang terjadi, krisis kepemimpinan berkepanjangan berujung pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya, baik di level eksekutif maupun legislatif.

Berangkat dari kondisi seperti itu maka dibutuhkan perubahan besar dan mendasar tentang bentuk demokrasi bangsa Indonesia, dari yang sebelumnya bersifat prosedural menjadi demokrasi substansial. Untuk itu, keteladanan seorang pemimpin di semua lini, baik di lingkungan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah merupakan syarat utama bagi terwujudnya bangsa yang sehat dan kuat.

Masyarakat Indonesia nyaris kehilangan keteladanan dan panutan. Padahal masyarakat Indonesia adalah elemen yang sangat menghormati dan banyak berharap dari tokoh panutan mereka. Sayangnya, fakta di lapangan, mereka justru banyak yang jadi sumber masalah di negeri ini. Padahal, ketika seorang pemimpin bermasalah, itu artinya sama saja dengan mengingkari Pancasila. Lalu darimana masyarakat bisa memperoleh seorang panutan jikalau orang orang yang berpotensi menjadi pemimpin saja tidak bisa menjalankan amanah dengan baik.

Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengembalikan ruh Pancasila agar benar-benar diamalkan di masyarakat, maka dibutuhkan suasana kondusif dengan kondisi masyarakat yang tidak mudah diadu domba. Setidaknya hal tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan ekonomi dengan asumsi, keduanya merupakan modal dasar untuk membentuk bangsa yang kokoh dari segi Sumber Daya Manusia. Sehingga dengan mudah mampu memahami, menghayati sekaligus mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat realita yang terjadi di lapangan selama ini orang-orang dengan pendidikan yang kurang mudah terprovokasi. Begitu juga dengan mereka yang di posisi ekonomi lemah, relatif tidak bisa mengendalikan emosi sehingga mudah terprovokasi. Dalam kondisi dan keadaan seperti itulah sangat dibutuhkan peran pemerintah dengan mencari solusinya. Pemimpin yang bersungguh-sungguh, mereka yang mampu mengangkat derajat pendidikan dan ekonomi masyarakatnya.

Sehingga daripada apa yang menjadi penghayatan terhadap pancasila sebagai ideologi negara kita maka makna hari Pancasila menurut saya itu adalah persatuan dan kesatuan yang harus dijunjung tinggi. Perdamaian dan kesejahteraan yang harus ditekankan dalam setiap langkah perjuangan. Karena sejatinya bangsa kita adalah bangsa yang berbudi luhur, bangsa yang sarat akan gotong royongnya. Kalau hari Pancasila itu hadir sebagai sebuah momentum, yang harus diingat adalah tentang makna dari Pancasila itu sendiri, di mana Pancasila itu dibuat untuk menyatukan agama, ras, suku, adat dalam satu naungan kenegaraan agar tidak terkesan bahwasanya peringatan hari pancasila hanyalah sebuah seremonial belaka.

Penulis: Diaz Elangga (Mahasiswa Universitas Islam Negeri Makassar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *