Opini  

Enigma Hidup Seorang Pemuda di Persimpangan Jalan Dengan Analogi Lelucon Ultraman Yang Kuat

Diaz Erlangga

OPINI – Setelah masa menulis hilang terkoyak oleh serangkaian rutinitas yang menyita sedikit banyaknya waktu juga semrawutnya dunia pengangguran , dalam malam yang tenang tiada badai, bolehlah sempatkan waktu yang ada untuk kembali jari ini melakukan apa yang berserak dalam otak. gila dan sebuah tamparan untuk bulan Juni ini, di hantui kelamnya hiruk pikuk kata “kerja apa sekarang?” dan beberapa pertanyaan yang tiada jelas maksudnya. Juni ini, adanya evaluasi dari apa yang lalu, musti jadi tamparan dan reminder keras untuk diri ini jadi manusia pinter yang bego. Proyeksi ke depan adalah semak penuh enigma. Harus dan wajib, juga mau tidak mau, siapa suruh jadi pengangguran.

Bagaimana hidup ? Cerita tiap orang berbeda beda, namun pernah kah terpikir bahwa apa yang kau lalui kadang adalah replika dari yang pernah ada ?, Atau dari orang yang tidak kita kenal ?. Ataupun seorang yang melaluinya bersamamu namun hanya sebuah figuran di saat itu ?. Dunia luas, dunia aneh, dunia sempit. waktu relatif. tempat bervariatif. hasrat adalah motif. Momen sama dengan faktorial dapat berulang hingga tak hingga tidak persis hanya mendekati, tidak sama namun hampir serupa, mendekati namun sebenarnya jauh, hanya memori dan rasa yang dapat teringat, namun tak bisa kita lalui lagi. Pernahkah kau rindu ?, pernahkah kau kehilangan ? atau pun candu dengannya ?. Dengan suatu saat dimana kau ingin kembali. Dimensi dan aura dari apa yang telah kita lalui bertransformasi menjadi aliran memori. menjalar di seluruh jaringan alam pikiran kita, hanya sekali dan tidak mengganda. Simpan dan hidupkan lah sebuah momen, walau dalam candaan walau dalam sedih.

Seorang anak muda yang harus menyadari bahwa normalitas kadang jadi hal yang harus di jalani. Semembosankan apapun itu. Pertanyaan mengenai siapa yang membuat standar tentang normalitas sering terlintas dalam benak pemuda ini. Semakin keras ia berlari menjauhi, semakin deras arus dunia menghampiri. Sekarang Ia berada dalam sebuah perjalanan panjang bernama “KEHIDUPAN”. Perjalanan ini mengarahkannya menuju industrialisasi berkepanjangan yang tak berpenghujung. Meninggalkan semua harapan dan gagasan. Meninggalkan cerita masa kecil, masa dimana semua kawan bebas berandai andai menjadi tokoh superhero. Hari ini superhero adalah omong kosong. bahkan manusia saja belum menjadi seutuhnya manusia. Siapa dia, sehingga harus menjalani dunia yang bukan miliknya. Siapa dia, sehingga harus mengikuti standar baku kehidupan. Siapa dia, sehingga semua tanya tak ada jawabnya. Memangnya siapa dia, sehingga harus banyak bertanya. Dialah sosok yang ingin menjadi ultraman, menjadi kuat, dialah aku.

Baca Juga :   Membaca Ali Sya’riati: Kita Perlu Berbicara

Selamat datang wahai pemuda di persimpangan jalan!

Penulis : Diaz Erlangga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *