Suriyandi Asbir Penulis Muda Bulukumba Terbitkan Buku Baru Berjudul “Rindu Sudah Usai”

Exposetimur.com – Suriyandi Asbir, penulis muda asal Kabupaten Bulukumba, resmi meluncurkan buku keempatnya di tahun 2025. Buku berjudul Rindu Sudah Usai ini menjadi karya terbaru yang menandai perubahan besar dalam perjalanan kepenulisannya. Jika sebelumnya ia menggunakan nama pena Reski Sang Surya, kali ini ia memilih untuk menggunakan nama aslinya.

Keputusan tersebut bukan tanpa alasan. Penulis ingin menegaskan bahwa segala sesuatu yang telah berlalu biarlah menjadi bagian dari kenangan. “Reski Sang Surya adalah nama kecil saya, tapi sekarang saya ingin melangkah dengan nama saya sendiri, Suriyandi Asbir. Saya harus move on dari nama sebelumnya,” ungkapnya.

Keputusan untuk tidak lagi menggunakan nama pena lama merupakan bagian dari perjalanan penulis. Kini, penulis ingin berkarya dengan lebih jujur, lebih dekat dengan identitas sejatinya. Sebab, seorang penulis bukan hanya tentang nama yang tertera di sampul buku, tetapi tentang makna yang tertinggal dalam setiap kata yang ia tuliskan.

Seperti rindu yang perlahan memudar, ada kalanya sesuatu harus dilepaskan. Begitu pula dengan nama yang selama ini melekat dalam jejak tulisan seorang penulis. Reski Sang Surya adalah bagian dari perjalanan, namun kini ia memilih untuk melangkah dengan identitas aslinya—Suriyandi Asbir.

Buku yang Mengisahkan Rindu dan Penerimaan

Rindu Sudah Usai bukan sekadar kumpulan puisi. Buku ini mengisahkan perjalanan mendalam dalam labirin rindu—perasaan yang mungkin pernah terpisah oleh jarak dan waktu. Dengan bahasa yang puitis dan penuh emosi, setiap bait dalam buku ini memeluk kenangan, menghidupkan kembali serpihan harapan, serta mencatat setiap jejak perasaan yang tak pernah benar-benar hilang.

Seperti hujan yang datang tanpa suara, setiap puisi dalam buku ini mengalir lembut, menyentuh hati pembaca dengan berbagai wujud rindu—dari yang manis hingga yang menyesakkan. Lebih dari itu, buku ini menjadi tempat bagi mereka yang pernah tersesat dalam rindu, menyimpan harapan, atau sekadar ingin merasakan kembali kehadiran yang sempat rapuh.

Baca Juga :   Merefleksi Sejarah, HIMSAMU SULTRA Sukses Gelar Nobar Film G30S/PKI

Proses penulisan buku ini menjadi perjalanan panjang bagi sang penulis. Ia berdialog dengan kenangan, berdamai dengan masa lalu, dan akhirnya menutup satu bab dalam kehidupannya. Ada yang pernah berkata bahwa rindu adalah ruang yang tak pernah benar-benar kosong, selalu ada sisa-sisa yang tertinggal. Namun, penulis ingin percaya bahwa rindu juga bisa selesai, bukan dengan melupakan, tetapi dengan menerima.

Buku ini menjadi karya keempat setelah Selamat Mengingat, Kau Hanya Sebuah Fase, dan Hujan dan Senja yang Tak Lagi Sama, sebuah buku kolaborasi bersama penulis lain di komunitas Rumah Putih. Selain itu, penulis juga telah mengabadikan karyanya dalam kumpulan puisi Lukisan Jiwa yang diterbitkan oleh Zona Media Mandiri.

 

Tidak hanya meninggalkan nama pena lamanya, dalam buku ini penulis juga memutuskan untuk bekerja sama dengan penerbit baru. Jika sebelumnya karyanya diterbitkan oleh Penerbit Guepedia, kali ini Rindu Sudah Usai diterbitkan oleh Penerbit Adab.

“Rindu memang sudah usai,” katanya. Keputusan ini menjadi simbol dari perubahan dan awal baru dalam perjalanannya sebagai penulis.

Bagi pembaca yang ingin memiliki buku ini, Rindu Sudah Usai sudah tersedia di berbagai toko online, seperti Shopee, Tokopedia, serta dapat dibeli langsung melalui PlayStore Penerbit Adab.

Dapatkan Buku Rindu Sudah Usai di Sini:

 

https://play.google.com/store/books/details/Suriyandi_Asbir_Rindu_Sudah_Usai?id=MKBCEQAAQBAJ&hl=en

 

https://books.google.co.id/books?id=MKBCEQAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PR6&dq=Rindu+Sudah+Usai&hl=id&source=newbks_fb&redir_esc=y#v=onepage&q=Rindu%20Sudah%20Usai&f=false

https://id.shp.ee/yJBXaTU (Shopee)

https://www.tokopedia.com/penerbitadab/rindu-sudah-usai-suriyandi-asbir-penerbit-adab-1730825263078868971?extParam=src%3Dshop%26whid%3D6641667&aff_unique_id=&channel=others&chain_key=

Rindu Sudah Usai bukan hanya tentang perpisahan, tetapi juga tentang keberanian untuk melangkah maju. Sebab yang berlalu biarlah berlalu, dan yang di depan selalu lebih berarti.

 

Maka, jika rindu itu memang sudah usai, biarlah ia menjadi cerita yang dikenang dengan senyum. Karena yang berlalu biarlah berlalu, dan yang di depan selalu lebih berarti.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *