Kisah Guru Kontrak Berjalan Melintasi Jembatan Rapuh Untuk Cerdaska Anak Negeri

Nurbaya (Guru Kontrak) menggendong anaknya saat melewati jembatan rapih untuk bisa sampai di sekolah tempatnya mengajar
Nurbaya (Guru Kontrak) menggendong anaknya saat melewati jembatan rapih untuk bisa sampai di sekolah tempatnya mengajar

Mateng, exposetimur.com _ Seorang yang berprofesi sebagai guru kerap kali diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa karena besarnya pengorbanan dan perjuangan yang harus mereka lakukan untuk mencerdaskan anak negeri.

Bahkan sekiranya ada gelar lebih yang bisa  diberikan pada seorang guru, itu tidaklah cukup untuk membalas jasa-jasanya.

Guru adalah sosok yang mestinya dimuliakan karena ia adalah orang yang berjasa mentransfer ilmu pengetahuan dan memberikan pendidikan karakter kepada generasi bangsa ini, dengan harapan kelak mencapai cita-cita dan tidak menjadi korban pembodohan apalagi saat ini dunia sudah memasuki peradaban teknologi yang semakin canggih.

Segala upaya dilakukan seorang guru untuk dapat mencerdaskan anak-didiknya tidaklah selalu mudah. Terkadang, guru harus melakukan perjuangan besar yang memakan waktu, tenaga, pikiran bahkan materi, namun semua itu tidak kemudian membuat semangat mereka berhenti untuk mendidik para murid-muridnya.

Beginilah kondisi Jembatan kedua yang harus dilalui Nurbaya Guru Kontrak untuk bisa sampai di Sekolah tempatnya mengajar
Beginilah kondisi Jembatan kedua yang harus dilalui Nurbaya (Guru Kontrak) untuk bisa sampai di Sekolah tempatnya

Guru-guru ini melakukan semua nya dengan ikhlas, tentu dengan harapan dapat membawa perubahan baik untuk masa depan anak didik, bangsa, dan agamanya.

Bahakan sekalipun mereka dibayar oleh negara, akan tetapi dibanding dengan kerja yang mereka lakukan, itu belum cukup membayar jasa mereka, terutama para honorer dan kontrak.

Seperti halnya dengan sosok seorang guru kontrak bernama Nurbaya Ahmad (37) yang mengajar disalah satu Sekolah Dasar di Desa Kombiling, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) , Sulawesi Barat.

Kisah Nurbaya ini sangat menginspirasi akan semangatnya untuk mencerdaskan anak negeri, Kenapa tidak, ? ketika ia berangkat mengajar di Sekolah yang ada di Desa Kombiling tersebut, Nurbaya sering membawa 2 anaknya yang masih kecil, sehingga kerap ia gendong saat menuju Sekolahnya.  Yang luar biasanya lagi, ia juga melewati 2 jembatan penghubung 2 desa yang bisa dikatakan dalam kondisi rusak parah dan tentu sangat membahayakan nyawanya bersama anaknya.

Baca Juga :   Paslon Ketua dan Wakil OSIM MTsN 4 Bulukumba Lakukan Pencabutan Nomor Urut dan Pemaparan Visi Misi

Jembatan yang berada di perbatasan desa Lamba-Lamba dan Desa Kombiling tersebut hampir tiap hari ia lewatai sambil menggendong anaknya. Dari pantauan media, Jembatan tersebut sudah sangat memprihatikan dan butuh diperhatian pemerintah, baik di Desa, Kecamatan terlebih lagi pihak Kabupaten.

Ditemui wartawan, Nurbaya mengungkapkan bahwa, untuk menuju ke lokasi tempatnya mengajar, perjalanan lumayan sulit, disebabkan karena jalanan harus melewati jembatan yang ia lalui setiap hari dalam kondisi rusak parah.

“Semenjak pindah ke Dusun Palapi, Desa Lamba-Lamba, setiap hari saya lalui jalan ini (Jembatan Red),” kata Nurbaya  kepada Wartawan Rabu 06 Oktober 2021.

Nurbaya juga bercerita bahwa,  selain jembatan yang kondisinya rusak parah yang ia lalui, ia juga menceritakan,  kadang air pasang dan dengan terpaksa ia harus menerobos walaupun itu air asin.

“Kalau kondisi jembatannya pak , saya tidak bisa berkata –kata, belum lagi saat air pasang, ya saya harus lewati karena hanya itu jalannya” Imbuhnya.

Nurbaya kemudian berharap, agar Pemerintah segerah memperbaiki jembatan yang setiap harinya ia lalui untuk pergi mengajar.

“Harapannya cuma satu pak, jembatannya segera diperbaiki karena bukan hanya saya yang lewati, masyarakat,  tenaga kesehatan, bahkan anak sekolahpun juga sering dilewati,” tutup Nurbaya.

Penulis: WentryEditor: Tim Expose Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *