Berbagi Harapan dan Kasih Sayang untuk Ibu Teresia: Potret Lansia Terabaikan

Foto: Ibu Teresia Ina, asal kampung Ntorang, Desa Rengkam.

MANGGARAI TIMUR, exposetimur.com – Ibu Teresia Ina (85), seorang lansia di Kampung Ntorang, hidup dalam kesederhanaan yang memprihatinkan. Sejak suaminya meninggal pada 2011, beliau hanya bergantung pada ubi kayu sebagai makanan pokok sehari-hari. Kondisi rumahnya yang hampir roboh, dengan atap bocor dan dinding rapuh, semakin memperburuk kehidupannya.

Hidup di tengah keterbatasan, bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang sebelumnya menjadi tumpuan hidupnya telah terhenti bertahun-tahun. Rumah layak huni yang pernah dijanjikan melalui pendataan pemerintah sirna setelah kepala desa yang memperjuangkan hak beliau meninggal dunia.

“Dulu saya sudah didata untuk rumah bantuan, tapi setelah kepala desa meninggal, tidak ada yang mengurus,” ujar beliau pasrah, berharap ada kepedulian baru dari pihak pemerintah dan masyarakat.

Kisah Ibu Teresia mencerminkan lemahnya perlindungan sosial bagi lansia rentan. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah Manggarai Timur, mengingat bantuan semacam PKH dan program perbaikan rumah menjadi hak mendasar bagi warga seperti beliau.

“Setiap hari saya makan ubi kayu. Tidak ada makanan lain, hanya itu yang saya punya,” tambahnya dengan suara lirih, menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan dasar yang belum terpenuhi.

Selain makanan dan tempat tinggal, kebutuhan seperti obat-obatan dan pakaian kerap diabaikan. Tanpa keluarga untuk bersandar, Ibu Teresia memikul beban hidup yang seharusnya menjadi tanggung jawab kolektif.

Berbagi Empati

Bersama-sama, masyarakat dapat menjadi harapan baru bagi Ibu Teresia. Bantuan, baik berupa makanan bergizi, pakaian, ataupun perbaikan tempat tinggal, dapat meringankan beban beliau. Salurkan bantuan Anda melalui rekening Bank Mandiri: [1520033955507] a.n [Eventius Suparno].

Dengan empati bersama, mari membangun solidaritas sosial untuk lansia terabaikan seperti Ibu Teresia. Jangan biarkan beliau melewati hari-harinya dalam kesendirian dan keterbatasan.

Baca Juga :   Dialog Publik, Forum Komunikasi Mahasiswa Nanga Mbaur Makassar Bahas Kelangkaan Pupuk Subsidi di Matim

Penulis: Eventus
Editor; Tim Redaksi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *