Kronologi Pembubaran Paksa Aksi Tapol Papua di UMI, Diduga Dilakukan Oknum Preman dan Ormas

Tampak seorang lelaki bertubuh besar dengan menngunakan kemeja Putih sedang menujjuk para peserta aksi solidaritas

MAKASSAR, EXPOSETIMUR.COM _ Puluhan pengunjuk rasa mengatasnamakan diri Aliansi Solidaritas Rakyat Makassar Untuk Tapol Papua menggelar aksi Flashmob didepan kampus Universitas Muslim Indonesia mendapat tindakan represif dan dibubarkan paksa, Senin, (11/11).

16:39 Wita : Sekitar 15 massa Aksi mulai berjalan keluar ke titik aksi di depan kampus Universitas Muslim Indonesia. Tepatnya disamping pintu dua jalur masuk dan keluar motor.

Aksi pun mulai digelar pada 16:40 Wita dengan pembentangan spanduk, petaka-petaka, dan pembagian selebaran. Aksi ini berjalan lancar dan damai hingga pukul 16:45 Wita.

Sekitar pukul 16:46 Wita, puluhan massa aksi dari Solidaritas Rakyat Makassar Untuk Tapol Papua datang dilokasi dan langsung ikut dalam barisan massa. Kemudian Massa dari ormas dan oknum yang di duga preman berjalan mendatangi aksi dan mulai melakukan intimidasi terhadap massa aksi Solidaritas Rakyat Makassar untuk Tapol Papua tersebut.

Atas situasi tersebut, massa aksi dari solidaritas mencoba membangun dialog dengan ormas dan oknum preman yang mencoba membubarkan paksa jalannya aksi damai mereka “Kelompok yang mendukung OPM adalah musuh kami.!,” teriak Zulkifli yang memegangi Toa.

Sekitar beberapa menit, terlihat oknum dari pihak asisten Wakil Rektor III juga melakukan intimidasi terhadap massa aksi Solidaritas. Oknum Astor WR III tersebut meminta massa aksi untuk membubarkan diri, “kau mahasiswa UMI, ini atasnama UMI bukan?, ini bukan atas nama UMI, silahkan bubar”.

Salah satu massa berinisial (PL) dari aksi Solidaritas pun kembali mencoba berdialog dengan pihak Astor dan meminta klarifikasi tegas soal adanya pelarangan aksi didepan kampus UMI. “Apakah Rektor melarang aksi didepan kampus UMI? Kalau begitu berarti UMI juga melarang aksi didepan kampus” tanya PL. “Iya karena kalian aksi bukan atas nama UMI,” jawab oknum Astor WR III.

Massa aksi masih tetap mencoba bertahan dan terus mencoba membangun dialog kembali.

“Anda bisa berteriak tapi bukan bebaskan tanpa syarat, saya tidak melarang anda menuntut pembebasannya mereka, tapi bukan dengan bahasa bebas tanpa syarat,” kata Zulkifli (Ketua BMI) yang terus mencoba membubarkan paksa massa aksi.

Humas dari aksi solidaritas terus mencoba membangun dilaog dengan meminta legalitas hukum dari Zulkifli yang merasa berwenang untuk membubarkan aksi solidaritas. “Apa hak nya bapak untuk bubarkan kami?,” namun dari pihak Zulkifli tak merespon baik hingga terjadi aksi dorong yang dilakukan oleh pihak ormas, preman, dan beberapa oknum yang terindikasi mahasiswa.

Kondisi mulai memanas setelah seorang laki-laki berbadan besar, berpakaian kemeja putih, memakai tas samping kecil berwarna hitam terlihat mulai melakukan tindak provokasi. Laki-laki tersebut merebut secara paksa sebuah payung salah satu massa aksi hingga rusak dan patah. Juga Salah satu oknum laki-laki memakai peci putih, mengenakan switer hitam juga terlihat memprovokasi massa aksi, oknum tersebut mencoba mengambil paksa spanduk utama, menunjuk, menggertak, hingga mendorong massa aksi.

Baca Juga :   Warga Erelembang Temukan 47 Amunisi, Kapolsek Tombolopao Bergerak Cepat Sterilkan Lokasi

Atas kondisi tersebut, pihak ormas tak lagi menerima dialog, sentuhan fisik pun terjadi antara kedua belah pihak. Terlihat oknum Astor WR III, Ormas BMI, Preman, dan oknum mahasiswa, mencoba membubarkan paksa jalannya aksi dengan mendorong, mencekik, memukul, dan menendangi massa aksi.

Situasi semakin memanas, karena tindakan represif yang dilakukan oleh ormas, oknum preman dan oknum mahasiswa, semakin menjadi-jadi, terlebih karena oknum intel dan pengaman kampus juga terlibat dan memaksa agar massa aksi membubarkan diri.

Untuk menghindari konflik fisik dan jatuhnya korban lagi, sekitar pukul 17.00, massa aksi pun perlahan membubarkan diri dengan bergegas berjalan menuju kedalam kampus UMI.

Dari Informasi yang di himpuna, sebelum aksi digelar massa solidaritas tersebut, sudah terlihat sekelompok ormas (Brigader Muslim Indonesia) beserta beberapa oknum berlagak preman dan juga oknum mahasiswa yang juga menurut Informasi, telah menggelar . Aksi yang dilokasi yang sama,  aksi mereka lakukan sebagai bentuk aksi yang berseberangan dengan aksi solidaritas di Makassar menuntut pembebasan Tahanan Politik (Tapol) aktivis Papua tanpa syarat.

Mengenai tujuan aksi solidaritas tersebut, Humas aksi berinisial (DT) menegaskan bahwa aksi solidaritas ini sebagai bentuk dukungan dan kecaman terkait proses penangkapan 6 Aktivis Papua yang dilakukan tidak sesuai langkah prosedural penangkapan. “Penangkapan yang tidak sesuai prosedural adalah bentuk tindakan yang menyalahi hukum, dan wujud nyata dari bentuk pembungkaman, serta pelarangan berekspresi yang merenggut hak sipil dan politik yang telah dijamin oleh konstitusi,” jelas DT.

Merespon perihal tindakan represif pembubaran aksi yang dinilai sangatlah tidak mendasar, terlebih lagi tendensi yang terjadi dilokasi terkesan sangat rasial. Humas aksi memberikan tanggapannya, “mereka mempermasalahkan persoalan diksi rakyat Makassar,  tidak boleh bersolidaritas dan menggelar aksi di Makassar merespon polemik Rasial Papua dam penangkapan 6 Aktivis yang ditahan karena bersolidaritas atas kasus rasial yang dialami mahasiswa Papua,” Pungkas DT.

Atas inside tersebut beberapa anggota massa aksi solidaritas mengalami luka dan permasalahan pernafasan, yakni,  DT  (memar dibagian pelipis mata kiri), IM (merasa sesak nafas akibat dicekik), PL (Sakit dibagian dada akibat didorong hingga terjatuh).

Mencermati kondisi Papau, memang sangat dilematis, disisi lain, aktivis identik dengan suara rakyat, disisi lain, kondisi gerakan OPM tentu penting untuk dicermati demi kondisi keamanan NKRI, sehingga dibutuhkan duduk bersama dalam mencari dan menelisik lebih dalam permasalahan Papua yang menjadi suara suara perjuangan rakyat.

(Lap : Andika)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *