Majene, exposetimur.com|Ketua PMII Komisariat Unsulbar kembali angkat bicara mengenai anggaran rumah tangga Wakil Ketua DPRD Majene dianggap sebagai sifatnya pemborosan dan tidak masuk akal, Jumat 9 Juni 2023.
Fraksi Demokrat dan Golkar telah menghabiskan anggaran rumah tangga (ART) pada tahun 2022 senilai puluhan juta. Anggaran puluhan juta bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) digunakan hanya untuk membeli kebutuhan rumah tangga.
Sesuai hasil analisis, kami menemukan sejumlah item kebutuhan rumah tangga Wakil Ketua DPRD Majene terkesan berlebihan dan mengarah pada tindakan Mark up. Seperti pada item kebutuhan ikan tembang dan kecap.
Temuan kami, kedua item diatas setelah diakumulasikan mampu menembus hingga angka puluhan juta. Jika dirunut nilai anggaran per itemnya, kebutuhan ikan tembang rujab Wakil Ketua DPRD Majene senilai 20.700.000 dengan asumsi 300 Kg dua paket x 34.500 perkilonya. Sedangkan, untuk kebutuhan kecap Wakil Ketua DPRD Majene senilai 20.700.000 dengan asumsi 500 botol dua paket x 20.700 per botol.
Penjelasan dan hitungan kedua item kebutuhan rumah tangga Wakil Ketua DPRD Majene, sesuai hasil temuan kami dengan cakupan selama setahun.
Tak kalah mengagetkan kebutuhan rumah tangga lainnya seperti, bumbu masako, bawang merah, bawang putih, gula merah, garam meja dan pengadaan springbad juga menelan anggaran yang cukup fantastis.
Menanggapi hal itu, ketua PMII Komisariat Unsulbar mengatakan, kehidupan hedonisme yang terus dipertontonkan para wakil rakyat seakan telah mencederai nilai demokrasi dan semakin membangun nilai ketidakpercayaan masyarakat kepada anggota DPRD.
“Tujuan berdemokrasi yang sesungguhnya, tak lain untuk memberikan kebebasan serta membangun kepercayaan kepada masyarakat terhadap pengelolaan pemerintahan secara baik. Bukan justru gagah-gagahan dan tampil dengan kehidupan hedonisme bersama sanak keluarga,” ungkapnya Maruf.
Ia katakan, para anggota DPRD dipilih oleh rakyat untuk memberikan kepastian hidup dan melahirkan program merujuk pada kebutuhan mendasar masyarakat.
“Kalau kemudian, tingkah dan perilaku kehidupan para unsur pimpinan DPRD Majene. Apakah kita yakin, mereka betul ingin menjadi jembatan aspirasi kita,” katanya dengan nada candaan.
Maruf menjelaskan, kehidupan hedonisme yang dipertontonkan unsur pimpinan DPRD Majene merupakan sebuah sinyal bahwa tugas dan fungsi DPR seolah tidak berjalan sesuai koridor. Belum lagi, anggaran perjalan dinas dan pendapatan lainnya pun terbilang fantastis.
“Kehidupan para pimpinan DPRD Majene, sangat dipastikan berbanding terbalik kehidupan dimasyarakat hari ini. Apakah mereka paham, ya tentu mereka paham. Namun tak memiliki kepedulian,” urainya.
Harapan kita, para DPR harusnya lantang membicarakan kondisi yang dihadapi masyarakat. Berapa persen masyarakat miskin, berapa persen masyarakat tak mendapatkan pendidikan layak, berapa persen masyarakat yang tak mendapatkan jaminan kesehatan dan pendidikan serta bagaimana kondisi masyarakat nelayan dan petani.
“Hal-hal ini, kemudian penting digaungkan dan diteriakkan kepada pemerintah sebagai penentu kebijakan. Jangan justru lebih mempertahankan eksistensi kepentingan politik para bapak terhormat,”
Kondisi yang serba hedonisme ini, memberikan masyarakat pelajaran dan kesimpulan untuk kedepan melihat figur calon anggota DPRD betul-betul dapat mengawal dan memastikan aspirasi masyarakat dapat tersampaikan secara baik.
Sampai berita ini di turunkan, pihak sekertariat DPRD belum berhasil di mintai tanggapannya.