Donatur Tertipu, Uang untuk Proyek Air Bersih di Rengkam Diduga Disalahgunakan oleh Oknum Warga

Proyek milik organisasi World Vision Indonesia (WVI) yang di klaim dan bukti transfer Rp 28 juta (dok tim exp)

Manggarai Timur, exposetimur.com -Kasus penipuan yang melibatkan seorang warga Desa Rengkam, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, tengah mencuat setelah donatur mengklaim telah mentransfer uang sebesar Rp 28 juta untuk proyek pembangunan bak penampungan air dan sumur bor. Pelaku, yang diketahui bernama Carles Marsoni, diduga tidak menggunakan dana tersebut sesuai peruntukannya.

Tara Dewi, donatur yang menjadi korban, mengungkapkan bahwa dirinya tertarik membantu setelah membaca berita di media online tentang krisis air bersih yang melanda Desa Rengkam. Berita tersebut berjudul “20 Tahun Krisis Air, Warga Rengkam Manggarai Timur Sering Timba Air Sisa dari Sawah”, yang dilansir oleh TribunFlores.com. Dalam berita itu disebutkan bahwa selama dua dekade, warga Kampung Topak, Desa Rengkam, masih kesulitan mendapatkan air bersih. Situasi tersebut menambah beban hidup masyarakat, terutama kaum perempuan, yang harus berjalan jauh untuk menimba air dari sumber yang terbatas.

Carles Marsoni, sebagai narasumber dalam berita tersebut, menjelaskan bahwa warga Kampung Topak bahkan rela menunggu berjam-jam hanya untuk mengisi satu jerigen air. Hal ini membuat Tara Dewi dan para donatur lain tersentuh dan ingin membantu mengatasi masalah tersebut dengan membangun infrastruktur penampungan air dan sumur bor.

“Kami merespons berita itu dengan menghubungi saudara Carles Marsoni. Dia menyampaikan bahwa pembangunan bak penampungan air dan sumur bor adalah solusi yang dibutuhkan. Kami pun menyetujui untuk memberikan dana,” ungkap Tara Dewi.

Pada 27 Mei 2024, Tara mentransfer uang sebesar Rp 28 juta ke rekening Carles Marsoni. Namun, setelah menunggu beberapa waktu, tidak ada perkembangan signifikan dari proyek yang dijanjikan. Carles kerap memberikan alasan bahwa proyek hampir selesai, bahkan mengirim beberapa foto sebagai bukti progres. Setelah ditelusuri, foto-foto tersebut ternyata bukan berasal dari Desa Rengkam, melainkan dari proyek milik organisasi World Vision Indonesia (WVI) di lokasi lain.

Setelah menerima informasi dari warga setempat bahwa proyek tersebut tidak pernah ada, Tara merasa ditipu. Bahkan, Kepala Desa Rengkam, yang dihubungi oleh Tara, tidak mengetahui proyek yang disebut-sebut dikerjakan oleh Carles Marsoni. Foto-foto yang dikirim Carles pun dinyatakan hoaks.

“Kami sebenarnya tidak ingin memperpanjang masalah ini. Kami hanya meminta Carles mengembalikan uang yang telah kami transfer agar bisa digunakan untuk membantu wilayah lain yang membutuhkan,” tutur Tara Dewi.

Baca Juga :   Golo Lero Barometer Politik di Lamba Leda Timur dan Manggarai Timur

Hingga kini, Carles Marsoni belum merespons pesan WhatsApp dari para donatur, meskipun sebelumnya ia sempat berjanji akan mengembalikan dana tersebut pada 6 September 2024.

Kepala Desa Rengkam dan RT Kampung Topak Angkat Bicara

Saat dikonfirmasi oleh media, Kepala Desa Rengkam menegaskan bahwa proyek penampungan air dan sumur bor yang diungkapkan oleh Carles Marsoni tidak pernah ada. Proyek air bersih yang ada di Kampung Topak merupakan hasil kerja sama WVI dengan pemerintah desa.

“Saya baru mengetahui adanya informasi dari pihak WVI terkait proyek air bersih di Kampung Topak, dan tidak ada proyek lain di desa ini selain yang dibangun oleh WVI,” ujar Kepala Desa.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua RT Kampung Topak. Ia mengatakan bahwa tidak ada proyek dari donatur yang dibangun di kampungnya. “Proyek air yang ada di Kampung Topak adalah hasil kerjasama WVI dengan pemerintah desa, dan kini masyarakat sudah bisa menikmati air bersih.”

Permintaan Donatur: Kembalikan Dana yang Disalahgunakan

Tara Dewi dan para donatur berharap agar Carles Marsoni segera mengembalikan dana yang telah ditransfer. Mereka juga menegaskan bahwa bantuan yang mereka salurkan sebelumnya untuk proyek infrastruktur di berbagai wilayah selalu berjalan lancar tanpa masalah.

“Kami berharap uang yang kami transfer dikembalikan, sehingga bisa dialokasikan ke tempat lain yang lebih membutuhkan,” ujar Tara.

Kasus ini mencerminkan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap upaya bantuan, terutama ketika melibatkan masyarakat yang membutuhkan. Pihak berwenang diharapkan dapat segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini. (ev.s. exp).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *