MANGGARAI TIMUR, exposetimur.com _ Di Kampung Pandang, Desa Arus, Kecamatan Lamba Leda Timur, tersimpan sebuah kisah yang menyentuh hati. Kehidupan Ibu Maria Liva dan kedua anaknya berubah drastis setelah kepergian sang suami, yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Kehilangan tersebut tidak hanya meninggalkan kesedihan mendalam, tetapi juga tanggung jawab besar yang harus dipikul seorang diri oleh Ibu Maria.
Kehilangan yang Mengubah Segalanya
Sejak kehilangan sang ayah, keluarga kecil ini menghadapi kenyataan pahit. Ibu Maria, yang sebelumnya hanya mengurus rumah tangga, kini harus berjuang untuk menghidupi dua anaknya di tengah keterbatasan ekonomi.
Yang paling menyentuh adalah keputusan anak sulungnya, seorang remaja yang terpaksa berhenti sekolah demi membantu ibunya. “Saya tidak punya pilihan. Kalau saya tetap sekolah, ibu saya tidak akan sanggup menanggung semuanya sendiri,” ungkapnya lirih. Kini, ia bekerja serabutan, membantu ibunya membeli beras, membayar biaya sekolah adiknya yang masih SMP, serta memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya.
Kehidupan Tanpa Listrik
Rumah mereka jauh dari kata layak. Tanpa akses listrik, mereka hanya mengandalkan lampu minyak tanah untuk penerangan. “Kami tidak mampu memasang listrik. Bahkan untuk membeli minyak tanah pun sering kali kesulitan,” kata Ibu Maria, matanya berkaca-kaca saat diwawancarai pada 02 Desember 2024 oleh Media Exposetimur.com
Ketika malam tiba, anak bungsunya yang masih SMP belajar di bawah cahaya redup lampu minyak. Namun, ia tetap gigih untuk belajar. “Kadang-kadang, kalau minyak tanah habis, kami menggunakan lilin. Tapi lilin juga tidak selalu ada. Kami hanya bisa bertahan dengan apa yang kami miliki,” lanjut Ibu Maria.
Pengorbanan Sang Anak Sulung
Anak sulung Ibu Maria adalah simbol cinta dan pengorbanan sejati. Setiap pagi, ia mencari pekerjaan serabutan, mulai dari membantu tetangga hingga menjadi buruh angkut. Hasil kerja kerasnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya dan memastikan adiknya tetap bersekolah.
“Adik saya harus sekolah. Saya tidak ingin dia seperti saya. Meskipun sulit, saya akan terus berusaha,” ujarnya dengan penuh tekad.
Empati dari Warga Sekitar
Kisah keluarga ini telah menyentuh hati tetangga sekitar. Bapak Paulus, seorang tetangga, menyebut keluarga Ibu Maria sebagai simbol ketabahan. “Mereka sangat tabah. Kami sering membantu semampu kami, tapi keadaannya memang sangat sulit. Mereka membutuhkan uluran tangan dari lebih banyak orang,” katanya penuh keprihatinan.
Namun, keterbatasan ekonomi di desa membuat bantuan dari warga sekitar belum cukup untuk meringankan beban berat yang mereka pikul.
Panggilan untuk Membantu
Kisah keluarga Ibu Maria adalah cermin dari banyak keluarga yang berjuang dalam keterbatasan. Di tengah cobaan, mereka tetap saling mendukung dan berjuang bersama. Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya empati dan gotong royong dalam membantu sesama.
Bagi siapa saja yang tergerak untuk membantu, uluran tangan Anda bisa menjadi secercah harapan baru bagi keluarga ini. Bantuan berupa bahan pokok, biaya pendidikan, atau akses listrik dapat membawa perubahan nyata dalam hidup mereka.
Semoga kisah ini menjadi pengingat bahwa masih banyak keluarga yang membutuhkan perhatian kita. Mari bersama menjadi cahaya harapan, membuka peluang bagi masa depan yang lebih baik untuk keluarga kecil ini.
Penulis: Eventus / Editor : Tim Redaksi