Opini  

Upaya Menghadang Dominasi Cina Di Dunia

Jacob Ereste

BANTEN, exposetimur.com – Betapa gigih dan tangguhnya semangat Cina untuk menguasai dunia patutlah dipuji, meski ancamannya pun tidak mustahil bisa mencaplok negeri kita yang semakin gamang menghadapi ragam manuver yang mereka lakukan di Indonesia.

Proyek super raksasa seperti Meikarta, penimbunan laut yang diperhalus dengan sebutan reklamasi Teluk Jakarta dan disejumlah tempat lainnya, sebetulnya sudah lebih dari sekedar cukup untuk memahami ambisi Cina menguasai Indonesia. Sejumlah proyek terbilang raksasa itu belum termasuk kereta api super cepat dan ratusan pelabuhan laut — bahkan mungkin sekarang tengah mengincar sejumlah Bandar Udara yang baru dibuat untuk dikuasai secara bulat oleh Cina — yang tidak beda mempraktekkan cara riba, ijon atau sistem tebas seperti model tengkulak di kampung dengan strategi rentenir.

Agaknya itulah dasar gunjingan dari sosok tokoh Melayu asli yang memiliki marwah untuk menjaga bangsanya dari cengkraman rakus kapitalisme komunis Cina yang semakin merajalela di seantero jagat. Perdana Menteri Malaysia Datok Mahatir Mohammad dalam usia 92 tahun mau kembali mengabdi untuk bangsanya agar bisa luput dari caplokan Cina yang rakus dan tamak, karena ingin juga menyelamatkan bangsanya yang sudah mendekati jumlah dua milyar manusia penduduknya sekarang.

Datuk Mahathir Muhamad mau kembali ikut Pemilu dan memenangkanya lagi pada tahun 2018, lalu segera menyelamatkan bangsa Malaysia dari jebakan hutang dengan negara Cina yang bersifat renten itu. Alkisah, Datok Mahathir Mohamad ogah membayar hutang yang dibuat penguasa sebelumnya hingga senilai 4.500 triliun.

Hutang Negara Malaysia yang dibikin Perdana Menteri Malaysia sebelumnya, Najib Razak persis seperti apa yang dilakukan oleh rezim-rezim penguasa penguasa yang korop di dunia lainnya, termasuk pula negeri beta, Indonesia. Jadi semasa Najib Razak berkuasa Negaranya berhutang Kepada Negara China tanpa Persetujuan Parlemen Malaysia dan Yang Dipertuan Agung Malaysia. Kecuali itu, Najib Razak terbukti menerima Komisi 2,5 persen (143 Triliun) dari uang pinjaman senilai 4500 triliun dari Negara China itu. Begitulah cara rezim bermental korup seperti Najib Razak memperkaya dirinya melalui jabatan yang dipangkunya selama berkuasa. Toh, akhirnya karma di dunia pun bisa mengganjar hidupnya. KPK Malaysia sudah menahan dan menjebloskan dia ke penjara. Bisa jadi kelak KPK Indonesia pun punya nyali memenjarakan penguasa di Indonesia yang tidak kalah hebat nilai korupsinya.

Konon kisah Datok Mahathir Mohamad yang heroik ini terus berlanjut sampai Negara China mengugat negara Malaysia ke Pengadilan Abitrase International. Kecuali itu, secara tegas pula Datok Mahathir Mohammad meminta Negara China segera membongkar semua jalan Tol yang tidak berkualitas. Dia mempersilahkan semua itu untuk dibawa pulang ke Negara Cina. Termaduk MRT, LRT, serta Pembangkit Listrik yang kualitasnya rendah. Pendek cerita nyali Datok Mahatir Mohammad berani mengusir semua tenaga jerja Cina serta membolduzer tiga kawasan industri yang ada di tiga pulau baru di Malaysia itu, sungguh membuktikan rasa nasionalis dari seoranh tokoh kalibar dunia, sehingga Datok Mahathir Mohamad layak disebut duplikatnya Sukarno. Lalu bagaimana dengan yang terjadi dan ada di Indonesia ? Ya, masalahnya di negeri kita Indonesia, benar belum ada sosok setangguh Datok Mahathir Mohamad.

Baca Juga :   Pembulian Antar Siswa di Sekolah

Gerakan untuk menghadang dominasi Cina yang hendak menguasai dunia, toh sudah dilakukan Datok Mahathir yang juga sudah meminta Presiden Philipina, Rodrigo Duterte agar Philipina jangan mau ditawarin utang oleh Cina. Supaya Philipina tidak sampai bernasib seperti negara Malaysia yang bangkrut karena berutang kepada negara Cina yang bersifat rente itu untuk menjajah.

Perjanjian dari hutang yang dibuat negara China sangat mengikat,dimana semua bahan bangunan, mulai material barang hingga tenaga kerjanya harus mereka bawa dari negara mereka sendiri. Menutut Datok Mahathir Mohamad sikap pemerintah dari manapun yang mau menerima paket hutang seperti yang ditawarkan Cina itu, sama dengan cara memilih cara bunuh diri. Karena semua paket program peminjaman uang ini, sama dengan memilih paket komplit untuk bunuh diri. Karena itulah sifatnya terkesan seperti upaya telah ikut hendak menjerumuskan Negara dan bangsa Indonesia menjadi bencana kebangkrutan, sekaligus menjadi negeri jajahan.

Dari tiga buah Pulau hasil reklamasi di Malaysia, semua pulau itu memang dihuni oleh pekerja asal Cina. Dan semua berdiri di kawasan industri dalam ketiga pulau yang sejain di 3 Pulau ini sesuai dengan perjanjian akad hutang yang dibuat Negara China dengan Negara Peminjam, termasuk Indonesia bila jadi memberi konsesi dari penimbunan laut di Teluk Jakarta.

Ketika Mahathir Mohammad menang Pemilu di Malaysia tahun 2018 lalu, semua pulau buatan itu langsung dia dibuolduzer semua berikut pabrik bersama penghuninya dari ketiga pulau itu. Begitulah sosok pemumpin sejati yang patriotis dan ikhlas berjuang untuk bangsanya, bukan justru sebaliknya hendak menggadaikan semua kepemilikan yang ada dari bangsanya.

[Banten, 8 Juni 2019, Jacob Ereste]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *