Opini  

Kepada Ibu

Arif Balla di dampingi ibunya sebelum berangkat ke Amrerika Serikat

OPINI,EXPOSETIMUR.COM _ Di usiamu yang renta, berbahagialah.
Anak-anakmu —tujuh lelaki itu— telah berbahagia. Enam di antaranya —lima kakak saya dan satu adik saya— telah berkeluarga. Di rumah kini, ada seorang menantumu yang baik dan seorang cucumu yang beranjak gadis.

Ibu tidak perlu merisaukan saya. Saya baik-baik saja dan akan selalu begitu. Barangkali nasib saya memang demikian bu.

Ibu tidak perlu mencemaskan saya. Separuh bumi telah kulalui. Semua musim telah kulewati. Dan semua luka telah sanggup kutanggung sendiri.

Ibu tidak perlu menggelisahkan saya. Meski tentu engkau akan mendengar cerita-cerita dari mulut orang yang lain, yang ternyata keluarga kita sendiri.

“Oh itu Arief memang alumni Amrik, tapi tahu apa dia tentang keluarga, dia sendiri belum berkeluarga, belum punya anak, belum punya pengalaman, tahu apa dia soal pendidikan anak.”

Atau cerita-cerita lainnya yang mencoba-coba mengatur jalan hidup dan pilihan saya.

Demi Tuhan, tidak sesenpun uang mereka saya gunakan sampai saya pada titik ini. Saya tidak pernah mengemis pada mereka. Yang demikian itu agar tidak ada seorang yang merasa lebih tahu daripada diri saya sendiri. Tentu, Ibu tahu itu bukan?

Ibu, tentu engkau tahu
Engkau melahirkan saya bukan untuk menyenangkan semua orang. Dan kita memang tidak punya kewajiban menyenangkan mereka semua.

Kita telah belajar berdiri di atas kaki sendiri. Engkau sendiri yang mengajarkan saya. Tidak dengan kata-kata sebab engkau rupanya tidak pandai berkata-kata dan saya menyukainya. Alam dan nasib telah mendidikmu lebih banyak berbuat daripada berkata-kata.

Tidak seperti anakmu ini. Lebih banyak berkata-kata daripada berbuat. Bahkan minggu depan, akan mengadakan launching dan bedah bukunya. Buku yang tidak akan pernah engkau baca sebab engkaupun tak tahu membaca. Buta huruf sejak dulu.

Baca Juga :   Relokasi Pasca Bencana Banjir di Kabupaten Lembata, Ditinjau Dari Aspek Yuridis

Dan karena itulah semua yang membuat anakmu bersumpah akan bersekolah setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya. Semua itu telah saya lewati.

Meski ternyata mereka itu tidak pernah mendengarkan saya dan tetap saja meremehkan. Tetapi tidak ada masalah ibu.

Bukankah kita sudah bersepakat kita tidak dilahirkan untuk menyenangkan semua orang?

Hanya ada satu yang perlu saya senangkan yaitu adalah dirimu. Restumu telah saya genggam sejak dulu.

Jika ada yang mencoba-coba menghalangi, SILAKAN MINGGIR!

Makassar, 22 Desember 2019
PENULIS ARIF BALLA
Lulusan Magister ( Southern Illinois University, Amerika Serikat )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *