Opini  

Trimelek: Proyeksi Pemuda Multilitersi

Foto: Rahman Subha & Nurwahida Rusdam

OPINI, Exposetimur.com -Kamus Besar Bahasa Indonesia atau disingkat KBBI mendefenisikan kata melek yakni tidak tidur atau terjaga sepanjang malam untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kedua, juga dimaknai dengan dapat melihat. Ketiga, mengerti persoalan. Sedangkan kata Tri di depan kata melek yang melengkapi kata trimelek adalah fragmen kata yang berasal dari bahasa sangsakerta artinya tiga. Sehingga jika disatukan Trimelek yang dimaksud adalah tiga konsep yang digunakan untuk tetap terjaga, dapat melihat dan mengerti persoalan sebagai upaya untuk membentuk pemuda yang berkemajuan dan dapat bersaing di era global, mengingat bahwa, efek samping globalisasi adalah keterbukaan persaingan sehingga persaingan untuk menjangkau tujuan juga semakin sulit. Oleh karena itu, pemuda harus dibekali amunisi yang cukup untuk dapat ikut bersaing dan berunjuk aksi memberikan kontribusi bagi lingkunganya, khususnya bagi bangsa dan negara.

Sekurang kurangya ada tiga konsep melek yang dapat dijadikan standar untuk kerakter pemuda yang berkemajuan dalam menghadapi era keterbukaan dan persaingan. Pertama, melek Literasi. Data terakhir dari UNESCO menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%, artinya dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Minat baca Indonesia berada di peringkat 60, hanya satu tingkat diatas Botswana, salah satu negara di Afrika yang berada di peringkat 61. Begitu juga beberapa penelitian lainnya seperti dari PISA menempatkan Indonesia pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei. Perpustakaan Nasional menyebut, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3–4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit, sedangkan jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5–9 buku.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia mulai dari meningkatkan jumlah fasilitas, sosialisasi sampai proses digitalisasi. Lalu apa pengaruh buruknya jika tingkat literasi rendah?. Sebuah peradaban yang bersinar dimulai dengan membangun tradisi literasi yang kuat, pemimpin dunia yang membuat perubahan besar adalah mereka yang berasal dari pendidikan dengan literasi yang tinggi, sebab dengan literasi yang mumpuni akan membantu manusia untuk melihat dunia secara kompleks, membuka cakrawala berpikir sehingga dapat menyumbangkan pemikiran dan aksi terbaiknya.

Literasi bukan hanya sekedar mengolah informasi dalam kegiatan membaca dan menulis. Namun literasi juga merupakan komunikasi sosial sebagaimana disebutkan dalam deklarasi UNESCO (2003) bahwa literasi terkait dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi persoalan. Untuk itu kebutuhan akan literasi tidak terbatas khususnya di abad-21 yang memberikan pemasalahan kompleks untuk diselesaikan, dengan mapanya kemampuan literasi akan digunakan untuk menghadirkan masyarakat yang informatif dan terus membantu siapapun memiliki peluang seluas mungkin dalam menciptakan kehidupan baru dan juga berkontribusi pada komunitas mereka di masa depan mereka.

Kedua, melek Teknologi. Perkembangan informasi dan teknologi di era globalisasi (baca:terjangkau keberbagai tempat) juga membuat segala aktivitas menjadi lebih efektif dan efisien, kejadian dan pertukaran informasi yang jauh di belahan dunia lain dapat dengan cepat diketahui dengan kata lain bahwa penggunaan teknologi membantu menciptakan budaya literasi bagi siapapun. Jika melek literasi tadi mengarah pada menguasai kemampuan dengan cara yang tradisional dan mengarah untuk menciptakan pemuda yang bisa berkontribusi bagi masyarakat. Maka melek teknologi merupakan upaya untuk menciptakan pemuda yang melek multiliterasi, yakni penggabungan kemampuan melek literasi dan melek teknologi secara simultan. Hal ini disebabkan karena proses literasi memasuki babak baru di era perkembangam teknologi dan informasi yang cepat sehingga kegiatan literasi tidak hanya dilakukan secara tradisional melalui buku namun buku telah tertransformasi dalam bentuk digital sehingga mewajibkan pemuda untuk menguasai teknologi atau harus melek teknologi, selain itu sifat kontribusi pemuda bagi perubahan masyarakat juga telah berpindah dan tak terbatas oleh geografis.

Penguasaan teknologi memungkinan pemuda bisa berkomunikasi lebih luas dan memberikan bantuan sosial dengan lebih mudah bahkan saat ini bermetamorfosis menjadi pekerjaan baru yang digandrungi oleh para pemuda yakni menjadi influencer melalui media sosial, bereksperimen dan menunjukkan kegigihan menjadi youtuber, selebgram, konten kreator yang memungkinkan perubahan dilakukan hanya dengan permainan jari dan kata-kata dan serta memakan waktu singkat melalui layar gadget dan bantuan teknologi jaringan. Teknologi seperti dua mata pedang yang memiliki sisi baik dan buruk, mampu mencitrakan orang dengan begitu baik seperti malaikat yang tak pernah salah dan menjadikan malaikat menjadi iblis yang selalu salah. Oleh karena itu, penguasaan multilerasi harus juga dibarengi moralitas yang baik dalam menghadirkan informasi positif dan kritik membangun bagi masyarakat.

Baca Juga :   Pesan Untuk Kades Rengkam Yang Kelak Terpilih

Pencipta teknologi terbarukan dilahirkan oleh para pemuda, misalkan saja nama yang paling populer adalah pendiri facebook. Pemuda yang menghadirkan wajah dunia dalam satu kali akses-aplikasi sekaligus membuka jalan bagi pemuda lain untuk menghadirkan dan memperkenalkan aplikasi-aplikasi baru yang sejenis. Artinya bahwa tumbuh kembang teknologi dan perubahan yang disebakan olehnya adalah melalui kretifitas dan inovatif dari para pemuda. Menghadirkan pemuda yang multiliterasi memang bukan perkara mudah, tetapi teknologi yang dimulai dari tangan para pemuda bisa memberikan kemudahan bagi mereka dalam mengembangkan.

Terakhir, melek politik termasuk salah satu dari kemampuan multileterasi. Melek yang satu ini menghendaki untuk hadirnya pastisipasi-kolektif. Data menyampaikan bahwa partisipasi politik pemilih mengalami pasang surut sejak Pemilu pertama kali tahun 1955. Partisipasi tertinggi pada tahun 1993 yang mencapai 93 %, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Pemilu 1955 yang mencapai 87 %. Kemudian mengalami penurunan pada Pemilu 2004 yang mencapai angka 84, 9 %, dan Pemilu 2009 turun drastis mencapai 70,99 %. Sementara pada Pemilu 2014 merupakan titik nadir terendah yang mencapai 70, 2 % atau setara dengan angka golput yang mencapai 29, 8 % dan terakhir tahun 2019 angka golput pada Pilpres turun menjadi 19,24%.

Kekuranganya disebabkan karena kegiatan politik yang ada saat ini seperti pemilu yang mengalami pasang surut disebabkan oleh sebagian pandangan yang menganggap bahwa pemilu hanya sebagai kegiatan rutinitas transaksional-musiman yang tidak akan banyak memberikan dampak pada perubahan masyarakat. Hal ini menciptakan sikap skeptis dan apatis bagi para pemuda yang terlanjur mencap buruk para pelaku politik. Hingga sampai sekarang para pemain utama politik dari  para pemuda semakin memudar baik sebagai pemilih pemula maupun sebagai pemain utama. Meskipun ada pemuda yang hadir sebagai pemain utama itu hanya disebabkan karena dukungan dari hirarki kekeluargaan yang kuat bukan murni kualitas.

Melek politik mutlak dibutuhkan bagi para pemuda untuk menghadirkan perubahan pada politik yang sedang sakit saat ini. Dengan melek politik dapat membantu menghadirkan informasi yang sehat tersebar mengenai pemain utama sehingga dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas dengan kebijakannya yang memajukan bangsa.

Opsional dan Spesialisasi

Menghadirkan pemuda yang multiliterasi yang berkualitas membutuhkan perangkat yang lengkap dengan pembiasaan yang konsisten. Menguasasi trimelek bagi pemuda yang berkemajuan tidak wajib secara simultan (menguasasi ketiganya secara bersamaan), tetapi cukup opsional dan pakar dibidangya. Melakukan spesialisasi pada pemuda adalah cara yang cepat untuk memajukan bangsa ini, dengan menghadirkan pemuda yang pakar pada literasi saja akan memberikan peran untuk membuat konsep dan teori yang jelas, sedangkan menghadirkan pemuda yang pakar IT akan membantu singkronisasi-informasi mengenai konsep dan teori yang jelas tersebut sedangkan pemuda yang melek politik akan membantu menghadirkan keputusan yang bijak dari para pemain politik dan konsisten  pada kebaikan rakyat, masing-masing berjalan dan berproses pada satu sistem yang merdeka dan memajukan.

SELAMAT 75 TAHUN INDONESIAKU.

Oleh: Rahman Subha, S.HI., M.H
(Dosen LD ar-Rahman ar-Rahim Gowa) dan Nurwahida, S.HI., ME (Dosen IAIM SINJAI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *