Tingkatkan Pengembangan dan Pemasaran, Dosen dan LPPM UHO Telaah Produk UMKM Baubau

Baubau, exposetimur.com -Persoalan pemasaran dan promosi merek masih menjadi salah satu kendala terbesar bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Kota Baubau dalam meningkatkan skala bisnisnya di Indonesia. Karena itu, Dosen UHO sekaligus peneliti yang direkomendasikan LPPM, Dr. Nanik Hindaryatiningsih, S.E., bersama tim, Dra Erny Harjaty, M.Hum, Drs. Abdullah Igo, M.Si, Asriyani Mulia Basri, S.E., M.M, La Ode Safarudin, S.Pd, M.Pd, Harjo Prawiro, S.E., M.Si, Harjo Prawiro, S.E.memberikan perharian dengan melakukan telaah dan mengakaji persoalan pengembangan UMKM pemasaran dan produksi UMKM di Kota Baubau.

 

Dosen UHO sekaligus peneliti yang direkomendasikan LPPM Dr Nanik Hindaryatiningsih, SE mengatakan, selain konsistensi dalam menjaga kualitas produk, para pelaku UMKM acap kali mengalami kendala dalam menjual produknya. Permasalahannya bersumber pada pertama, faktor eksternal (Manajemen Usaha, SDM, Produksi, dan Pemasaran), Permodalan dan minimnya pengetahuan teknologi. Kemudian kedua, Kebijakan pemerintah PSBB dan Sosial Dintance, Iklim usaha, dan impilkasi kebijakan standar produk Pasar Asean. Terkadang para pelaku UMKM hanya memfokuskan kecenderungan pada proses produksi tanpa diimbangi oleh pemasaran dan promosi. “Di beberapa pelaku UMKM, ketika barangnya sudah tersedia, mereka bingung mau diapakan untuk menjualnya dengan cepat. Apalagi dalam kondisi pandemic, dimana menurunnya kepercayaan masyarakat khusunya tingkat hospitality produknya. Akibatnya langkah pemasaran dan promosi yang ditempuh cenderung konvensional, yakni dari mulut ke mulut atau sekadar memajang produknya di toko-toko atau di lapak-lapaknya,” kata Dr. Nanik Roni Muhtar, yang merupakan Istri Sekda Kota Baubau, ketika ditemui di sela-sela Seminar Akhir UMKM Naik Kelas, di Kota Baubau, Kamis (22/09/2021).

 

Hal itu juga tambah Dr Nanik, tak lepas dari sikap sejumlah lembaga pembiayaan yang hanya sekedar menyalurkan pembiayaan kepada UMKM, tanpa melakukan pendampingan secara kontinu. Alhasil, para pelaku UMKM sering gagal memanfaatkan pembiayaan yang diberikan secara maksimal atau efektif untuk mengembangkan bisnisnya. Untuk itu, pendampingan serta pelatihan pemasaran dan promosi menjadi bagian yang tak boleh dilepaskan dalam membangun ekosistem UMKM di Indonesia. Langkah tersebut harus dilakukan agar UMKM dapat benar-benar naik kelas dan mampu menjalankan industrinya secara jangka panjang. Sebagai dosen, peneliti juga Ketua IPEMI mengatakan beberapa langkah yang diajarkan kepada pelaku UMKM dalam menjalankan promosi dan pemasaran antara lain memanfatkan platform dagang elektronik (dagang-el), media sosial dan menggandeng perusahaan penasihat pemasaran seperti Kaya.id.

 

Sebagai dosen, peneliti juga Ketua IPEMI, Dr Nanik mengakui, beberapa langkah yang diajarkan kepada pelaku UMKM dalam menjalankan promosi dan pemasaran antara lain memanfatkan platform dagang elektronik (dagang-el), media sosial dan menggandeng perusahaan penasihat pemasaran seperti Kaya.id. Sedangkan korporasinya juga bakal menjembatani upaya tersebut dengan organisasi IPEMI, yang akan mempermudah pelaku UMKM menjual dan menawarkan produknya di platform digital. “Harapan kami, UMKM ini pada akhirnya dapat go public. Sebab Indonesia ini memiliki banyak sekali pelaku UMKM, namun belum ada satupun yang mampu melakukan penawaran umum perdana di bursa saham. Padahal salah satu indikator terbaik dari UMKM naik kelas adalah ketika mereka bisa go public,” kata Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia Kota Baubau.

Baca Juga :   Dari Sosialisasi Pedoman LKK, Sekda Majene Ingatkan Lurah dan Camat

 

Lebih lanjut dijelaskan Nanik, dalam kerja sama untuk penelitian ini pihaknya sebagai dosen UHO dapat menggandeng BAV yang merupakan anak perusahaan pelat merah PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero). Perusahaan ini telah menjalin kerjasama dengan 16 BUMN untuk menyalurkan program kemitraan guna menopang permodalan UMKM yang menjadi mitra binaannya. Pinjaman disalurkan ke berbagai sektor mulai dari pertanian, industri, peternakan, perdagangan hingga jasa. BAV menyalurkan pinjaman kemitraan melalui 17 perusahaan modal ventura daerah (PMVD), dengan total outstanding mencapai Rp.507 miliar yang disalurkan ke 5.000 UMKM.

 

Sementara itu, Dr Nanik menjelaskan, saat ini para pelaku UMKM banyak yang belum memahami bahwa anggaran promosi dan pemasaran harus dimasukkan dalam biaya operasional bisnisnya. Selain itu, para pelaku UMKM hanya menghitung biaya operasionalnya dari ongkos produksi semata. “Seharusnya, tiap pelaku usaha minimal menyediakan 20%-25% dari biaya operasionalnya untuk promosi dan pemasaran. Namun mayoritas dari mereka tidak memasukkan hitungan tersebut. Maka tidak heran jika penjualan pelaku UMKM sering tidak maksimal,” jelas ketua BKMT Kota Baubau ini seraya ,menambahkan adapun, Kaya.id sendiri merupakan sebuah startup yang memiliki fokus bisnis menyediakan jasa penasihat promosi dan pemasaran bagi UMKM.

 

Turut hadir pada seminar akhir pengembangan pemasaran produk UMKM kerja sama Balitbang Kota Baubau dan UHO ini, yakni Sekda Kota Baubau Dr Roni Muhtar, M.Pd yang mewakili Wali Kota Baubau membuka seminar akhir dan ketua Dekranasda Kota Baubau yang juga istri Wakil Wali Kota Baubau Wa Ode Nursanti Monianse, S.Pd.

 

Penulis : MUH.SAID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *