Mamasa Kembali di Guncang Gempa Bumi Secara Beruntun

Gempa bumi
Gempa bumi terjadi di Mamasa, Sulawesi Barat sebanyak 4 kali, Rabu (26/06/2019)

MAMASA, expostimur.com — Wilayah Mamasa dan sekitarnya kembali diguncang gempa bumi secara beruntun. Sejak pukul 10.00 hingga 16.02 Wita sedikitnya sepuluh kali gempabumi dirasakan oleh masyarakat, Rabu (26/06/2019)

Berdasarkan sistem deteksi oleh Pusat Analisa Gempa BMKG-PGR IV makassar, gempa bumi yang terjadi di Mamasa hari ini tercatat sebanyak empat kali yakni pada pukul 10.08 Wita dengan kekuatan energi magnitudo 3,1 dengan pusat gempa terjdi didarat 46 km barat laut Mamasa, Sulbar. Lokasi pusat gempa berada di koordinat 2,49 Lintang Selatan (LS) dan 119,31 Bujur Timur (BT) dengan episenter gempa kedalaman 32 km.

Gempa kedua terjadi pada pukul 11.43 Wita berkekuatan magnitudo 3,3 dengan pusat terjadi didarat 19 km arah timur laut Mamasa dengan koordinat 2,89 LS dan 119,50 BT dengan episenter di kedalaman 5 km.

Menurut Kepala BBMKG Wilayah IV Makassar, Darmawan, S.Si, M.Si. bahwa, dengan memperhatikan lokasi dan kedalaman hiposenter, tampak bahwa gempa bumi ini termasuk dalam klasifikasi dangkal akibat aktivitas Sesar Saddang yang berdekatan dengan pusat epicenter.

Gempa bumi berikutnya terjadi pada pukul 12.32 Wita dengan kekuatan 2,5 SR berlokasi pada koordinat 2,98 LS dan 119,55 BT dengan episenter 8 km.

Pada pukul 16.00 wita, gempa bumi kembali terjadi dengan magnitudo 2,8 yang berlokasi di koordinat 3.00 LS dan 119.44 BT dengan pusat gempa terjadi didarat 16 km tenggara Mamasa. Pusat gempa ini tercatat pada episenter ada di kedalaman 10 km.

Sampai berita ini dirilis, gempa dengan skala kecil terus dirasakan secara beruntun terjadi pada pukul 15.53 Wita, pukul 16.00 Wita, pukul 16.02 Wita.

Diketahui bahwa  pekan lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Makassar kembali menurunkan tim untuk melakukan survey lokasi pemasangan sensor gempabumi di Mamasa.

Sesuai keterangan PMG Muda BBMKG Wilayah IV Makassar, Muh. Imran Tahir, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamasa lewat BPBD untuk melakukan pengukuran di beberapa tempat untuk melihat kesesuaian dari aspek geologi dan seismologinya.

“Dengan terpasangnya sensor gempabumi permanen di Mamasa diharapkan gempa-gempa disekitar Mamasa dapat tercatat dengan baik sebagai upaya untuk melakukan optimalisasi monitoring dan mitigasi gempabumi”, ungkap Imran

Peningkatan aktivitas seismik di kabupaten Mamasa memang mengejutkan banyak pihak karena wilayah ini secara historis tergolong daerah yang memiliki seismisitas yang rendah (low seismicity). Hasil analisa tim BMKG yang terjun langsung ke lokasi terdampak bencana, memberikan kesimpulan bahwa gempabumi yang terjadi merupakan gempabumi Swarm yang diakibatkan oleh sesar Saddang.

Sesar Saddang yang berdekatan dengan Kabupaten Mamasa disinyalir mendapatkan dorongan atau picuan dari aktifitas sesar Palu Koro yang menyebabkan gempabumi Donggala – Palu dengan kekuatan 7.4 skala magnitudo pada tanggal 28 September 2018 yang lalu.

Gempabumi Swarm merupakan gempabumi yang terjadi secara beruntun dengan frekuensi kejadian yang tinggi. Selain itu gempabumi Swarm tidak memiliki gempa pendahuluan(forceshock, gempa utama (Main Shock) dan gempa susulan (aftershock).Gempabumi swarm di Kabupaten Mamasa ini bisa dikatakan fenomena gempabumi swarm yang pertama kali tercatat dengan baik oleh BMKG dalam kurun waktu 100 tahun terakhir di pulau Sulawesi.

Baca Juga :   Penanganan Kasus Penculikan Anak Berlarut-larut, Indikasi Oknum Polisi Cianjur Tidak Profesional

BMKG secara intens terus melakukan monitoring dan analisa gempabumi yang masih terus berlangsung saat ini. Jika pada tahun 2018 sedikitinya tercatat 292 kali gempabumi dirasakan, maka pada tahun 2019 sampai dengan bulan Juni ini telah tercatat 26 kali gempabumi dirasakan. Secara statistik jumlah gempabumi dirasakan terus menurun sebagai indikasi penurunan dan pelepasan energi yang terus berlangsung. Namun demikian kesiapsiagaan terhadap bencana khususnya gempabumi tetap harus ditingkatkan sebagai upaya mitigasi yang terus berkesinambungan.

Mitigasi bencana gempabumi diharapkan akan efektif jika masyarakat perlahan meningkatkan pengetahuan dan budaya sadar bencana di daerah masing-masing dan mempercayakan informasi bencana dari institusi yang berwenang dalam hal ini BMKG. Bijak dalam memahami informasi bencana menjadi penting untuk menghindari informasi yang keliru dari sumber yang tidak bertanggungjawab yang secara tidak langsung akan menimbulkan bencana baru.

BMKG dan Pemerintah Kabupaten Mamasa saat ini sedang berkoordinasi untuk melakukan survey lokasi dan rencana pemasangan sensor gempabumi. Informasi ini sekaligus menjadi berita gembira untuk masyarakat Mamasa karena dari sejumlah sensor gempabumi yang nantinya BMKG akan pasang secara bertahap di tahun 2019 di seluruh Indonesia, Kabupaten Mamasa mendapatkan alokasi pemasangan sensor gempabumi. Hal ini tentu tidak terlepas dari upaya BMKG dan Pemda Mamasa yang terus menjalin komunikasi dan kerjasama dalam upaya peningkatan pelayanan info kebencanaan yang cepat, tepat, luas dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Tim BMKG sejak Rabu 19 Juni 2019 terus melakukan pengukuran dan analisa di beberapa lokasi site survey di bantu oleh personil dari BPBD Kabupaten Mamasa. Survey lokasi atau site survey bertujuan untuk memetakan lokasi pemasangan sensor yang tepat ditinjau dari segi aspek geologi dan seismologinya.

Adapun peralatan yang digunakan untuk survey berupa GPS, TDS, kompas geologi dan perangkat survey pendukung lainnya. Pemilihan lokasi sangat penting untuk mendapatkan kualitas data seismik yang baik yang nantinya akan dianalisa menjadi informasi gempabumi yang disebarkan ke masyarakat.

Diharapkan jika proses berlancar sesuai dengan jadwal dan estimasi waktu, maka kedepan Kabupaten Mamasa akan memiliki 1 unit sensor gempabumi BroadBand yang akan mencatat aktifitas seismik dan gelombang gempabumi dengan baik di kabupaten Mamasa dan sekitarnya. BMKG juga berharap dan menghimbau peran aktif baik Pemda Mamasa, aparat keamanan dan tentunya segenap masyarakat Mamasa untuk bersama-sama menjaga peralatan yang nantinya akan terpasang agar terhindar dari aksi pengrusakan dan pencurian. Selain karena peralatan sensor gempabumi tergolong mahal namun lebih daripada itu data dan informasi yang dihasilkan akan sangat berguna untuk menyelamatkan ratusan bahkan jutaan masyarakat yang terdampak di mana bencana terjadi. (rils/fatir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *