Opini  

Islam Yang Terasingkan

Foto Nurhidayahtunnisa, Siswi SMAN 9 Sinjai

OPINI, EXPOSETIMUR.COM _ Siklus hidup menerpa siapa saja yang menginjakkan kaki di bumi ini, yang jaya akan musnah, yang kuasa akan tumbang. Kehidupan yang silih berganti, Tiara ada yang abadi, termasuk Islam, agama kedamaian yang dibawa Rasulullah, sebagaima beliau pernah bersabda:
إِنَّ الإِسْلامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ
“Islam bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing sebagaimana ia bermula.”

Di akhir Islam, kebanyakan orang seperti kembali ke masa jahiliyyah, di mana mereka mengikuti hawa nafsunya. Ada dua fitnah yang beredar: fitnah syahwat dan fitnah syubhat. Setelah orang-orang terkena virus fitnah ini, atau salah satunya, mereka akan bermusuhan padahal sebelumnya mereka saling kasih sayang.

Fitnah syahwat menjadikan dunia sebagai orientasi hidup, karena di dunia mereka saling mencintai, karena dunia mereka saling marah, karena dunia mereka saling mengasihi, dan karena dunia pula mereka saling bermusuhan. Sedangkan fitnah syubhat menjadikan orang-orang baik, para ahli kiblat saling berkelompok-kelompok dan mengkafirkan satu sama lain. Dari kelompok-kelompok itu tidak ada yang selamat melainkan hanya satu
bulan-bulan Islam sedang turun daun (kalau ada istilah naik daun). Siapa yang fasih mengucapkan urutan bulan-bulan dalam Islam. Mungkin kita hanya mengenal bulan Ramadhan. Dibandingkan bulan Miladi atau Masehi pada akhirnya mengasingkan kita dari sejarah hijrahnya Rasul Saw ke Madinah. Kondisi umat Islam sedang terasing dalam agamanya sendiri. Ke Masjid saja seprti malu-malu kucing. Mungkin, masih merasa banyak dosa , begitulah mungkin perasaan sebagai muslim, termasuk saya sendiri. Ini benar adanya, ketika Rasul menjawab pertanyaan sahabat tentang bagaimana nasib umat Islam di masa depan sepeninggal diri Rasul. Rasul mengatakan bahwa umat Islam itu seperti buih yang mengikuti arus saja. Peradaban Islam koyak oleh segelintir umatnya yang merasa paling benar, menghancurkan Islam sedalam-dalamnya, padahal masa keemasan Eropa tak akan mungkin terjadi tanpa kehadiran Islam. Penemuan dalam dunia Islam begitu banyak, khilafahnya berkuasa sampai akhirnya 1923 jatuh oleh Kemal Ataturk yang didaulat sebagai Bapak Turki Modern. 1431 tahun lamanya. Luar biasa, dalam kurun waktu yang demikian rupanya kemajuan umat Islam yang tadinya semerbak akan ilmu pengetahuan, kini berada dalam kondisi yang sangat terbelakang dalam sejarahnya. Negeri yang dijajah Islam adalah negeri yang maju. Islam didaulat sebagai agama teroris. Militansi dalam Islam memang sungguh luar biasa, lepas dari dampak buruknya. Tidak banyak yang mengerti bahwa Islam sesungguhnya adalah agama yang damai, peace man!!! Jangan terus terlena oleh sejarah emas Islam.
Tidak heran, kalau Michael H. Hart memasukkan Nabi Muhammad Saw sebagai orang nomor satu paling berpengaruh (Bukunya terbit sejak tahun 1978). Subhanallah….objektifitas darimana, bahkan Michael si penulis buku 100 orang berpengaruh bukanlah seorang muslim, melainkan seorang nasrani. Namun, bisakah kita katakan bahwa Islam kini sudah berlari jauh meninggalkan umatnya atau umatnya sendiri yang terasing dari Islam. Islam bukanlah agama, melainkan kepercayaan hidup. Sebagai kepercayaan hidup, sudahkah kita umat Islam menjalankan Islam secara kaffah. Jawabannya, belum. Mungkin sebagian dari kita memang merasa tak pantas jadi ustadz atau kyai. Cara menyebarkan Islam sekarang ini haruslah dengan karya nyata, bukan NATO (No ACTion tALK ONLy). Ceramah sudah ketinggalan zaman, kalau terus menyajikan kejelekan agama lain daripada membongkar mata rantai pengetahuan dalam Islam yang belum terjamah oleh umatnya sendiri. Jawabannya ada pada kita. Bangunlah wahai raksasa yang sedang tertidur…..hingga Islam menjadi nadi dalam setiap detak jantung kita, umat Islam yang menyebarkan salam bukan hanya untuk kebahagiaan umatnya sendiri, tapi membagi madu kejayaannya bagi umat-umat lainnya.
Namun ketika menjadi organisasi yang notabene membutuhkan umat dan anggota, usaha untuk menambah jumlah pengikut kemudian menjadi pemicu konflik sehingga agama menjadi sebuah kenyataan yang tidak menguntungkan. Ketika agama mulai banyak dipakai untuk kepentingan politik, para pemimpin dan pemukanya ramai-ramai dipinang partai politik sebagai “ikon” atawa “penglaris” untuk menambah jumlah pengikut. Ia kemudian menjadi kendaraan dan sarana semata yang dapat menguntungkan pihak tertentu. Tantangan yang timbul dalam organisasi agama bukan lagi untuk menambah kualitas keimanan, melainkan menambah jumlah anggotanya. Selain peran politik dengan label agama, ada pula tokoh-tokoh agama yang lantas rentan terhadap godaan seksual dan materi sampai praktik korupsi dalam bisnis donatur kaya yang dihormati organisasi keagamaan.

Baca Juga :   Intervensi Kampus Terhadap BEM UI ?, Sketsa Baru Terhadap Demokrasi Kampus

Ditambah lagi, kegiatan seremoni kerap kali hanya candu dalam menujukkan betapa hebatnya sebuah oraginasi sementara nilai nilai agama semakin jauh, tidak sedikit waktu ibadah lima waktu dikesampingkan demi suksesnya agenda politik dan semacamnya. Sehingga agama semakin terasing dan ketenaran duniawi menjadi kiblat yang di agugung akunkan untuk sebuah nama.

Melihat kenyataan sekarang, agama di zaman ini hanyalah menjadi bahan pendidikan yang tidak penting dalam perkembangan bangsa ini, mereka tidak sadari bahwa agama mampu dalam memperkembangkan bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Mengapa agama mampu mengembangkan bangsa ini? Karena dengan adanya agama, masyrakat kita mempunyai nilai-nilai moral yang biasa menghasilkan dampak positif , memberikan rasa kenyamanan dalam masyarakat kita yang selama ini dihantui oleh hal-hal yang bersifat kriminalitas dan pastinya mengurangi angka kriminalitas dalam bangsa kita.
Biasa kita katakan bahwa dalam pandangan pemerintah, pendidikan yang pada umumnya seperti SD, SMP, SMA itu lebih di utamakan dari pada pendidikan yang lebih mengarah dalam pendidikan agama seperti pesantren, pondok dan lain sebagainya. Pendidikan agama merupakan dasar pembentukan pribadi anak, tetapi masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan khususnya dalam pendidikan agama islam. Oleh karena itu, kita jangan hanya mengajarkan pendidikan pada umumnya tetapi pendidikan agama juga menjadi penting agar agama Islam tidak kemudian terasing dalam diri kita karena mati itu pasti.

 

Penulis: Nurhidayahtunnisa, (Siswi SMAN 9 Sinjai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *