Art  

Tunggu Waktu Berbuka, LAPMI Ukkiri Adakan Nonton Bareng Film Tenggelam Dalam Diam

Tunggu Waktu Berbuka, LAPMI Ukkiri Adakan Nonton Bareng Film Tenggelam Dalam Diam

Makassar, Exposetimur.com _ Setelah sebelumnya mengadakan Nonton Bareng film Kinipan, Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Ukkiri Komisariat Adab dan Humaniora kembali lagi mengadakan Nonton Bareng film “Tenggelam Dalam Diam” sembari mengisi dan memanfaatkan waktu berbuka puasa di Sekretariat HMI Komisariat Adab dan Humaniora, Senin (19/04/2021).

Film ini adalah kolaborasi Greenpeace dan watchdoc yang merupakan film bertema khusus perubahan iklim, terutama imbasnya pada pesisir Utara Jawa.

Film yang bercerita tentang Fotografer dan Pekerja Seni yang melakukan perjalanan dan pengamatan ke daerah-daerah yang sedang dan menuju tenggelam karena naiknya permukaan air laut dan penurunan tanah (degradasi).

Diskusi film yang disediakan oleh Greenpeace dengan tema “Melihat Fenomena Krisis Iklim dari Kaca Mata Hukum dan Filsafat Lingkungan” bersama Dandhy Laksono, Rocky Gerung, dan Asfinawati yang dimoderatori oleh Hindun Mulaika, sebagai pengantar memasuki pemutaran film Tenggelam Dalam Diam.

Dandhy Laksono mengatakan bahwa film ini memberikan gambaran keadaan realitas Ujung Timur Pulau Jawa dan ujung Barat dipersatukan dengan isu yang sama, krisis iklim.

“Bagaimana ujung Timur Jawa dan Barat dipersatukan dengan isu yang sama, tentang masyarakat yang dipaksa untuk beradaptasi, karena memang tidak ada pilihan, mereka tidak punya pilihan proferti untuk pindah, mereka tidak punya pilihan ruang untuk melakukan migrasi” ujarnya.

Senada dengan Dandhy, Asfinawati merupakan Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mengungkapkan bahwa tidak pernah ada ruang bagi masyarakat yang terdampak keris iklim.

“Sebetulnya ruang itu tidak pernah ada, karena persoalan yang ditampilkan dalam film ini, itu dianggap tidak ada” ungkapnya.

lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa masalah yang dihadapi masyarakat setempat merupakan keadan lingkungan yang nyata.

Baca Juga :   Diskriminasi dan Peranan Perempuan Dalam Transisi Demokrasi dan Globalisasi

“kalau kita datang saja sekali, sejam saja ke rumah ibu-ibu di Jakarta Utara, kita akan sadar bahwa masalah mereka itu sangat nyata” tuturnya.

Film ini membagikan pengalaman warga pesisir Jakarta yang kesulitan akan air bersih. Masyarakat harus membeli air bersih dengan harga yang relatif mahal, sementara masyarakat setempat merupakan kalangan ekonomi rendah.

(Asmaullah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *